“Saat para penyedia jaringan lain di Indonesia sibuk mengembangkan jaringan mereka, PT Telkom telah mulai membangun kerajaan industri content masa depan. “
Wisnhu Ajie F.
Industri telekomunikasi di Indonesia tidak jauh berbeda dengan industri telekomunikasi di mana pun di dunia. Semuanya sibuk mengejar adanya teledensitas. Bagi para penyedia jaringan mengejar teledensitas sama halnya dengan mengejar pertambahan pelanggan dan perluasan market. Kedua hal ini akan secara simultan menambah revenue ke dalam pendapatan mereka. Tetapi apa yang akan terjadi saat pasar mencapai titik jenuh dan semua teledensitas hampir terpenuhi? Tentunya layanan content akan menjadi sasaran pengembangan berikutnya. Apalagi jika telah terjadi apa yang sering digembar-gemborkan sebagai network convergence. Jaringan akan menjadi sedemikian kompleks dan menjadi sebuah sistem mess sebagai penghantar layanan content.
Di Indonesia perusahaan besar yang sudah dengan lihai melihat trend ini adalah PT Telkom. Usahanya merambah dunia content dengan mengakuisisi perusahaan software kecil dengan harga yang relatif tinggi bukan tanpa alasan. Tahun ini saja PT Telkom sudah menyiapkan dana total $240 juta untuk mengakuisisi enam perusahaan dalam negeri yang bergerak di bidang teknologi informasi (TI).
Direktur Enterprise dan Wholesale Telkom, Arief Yahya mengungkapkan, keenam perusahaan TI tersebut merupakan perusahaan berkembang yang fokus melayani pelanggan di bidang finansial dan perbankan, pemerintahan, perdagangan dan pelayanan, industri perdagangan, manufaktur perdagangan, serta pendidikan.
Salah satu perusahaan TI yang telah selesai diakuisisi adalah PT Sigma Cipta Caraka sebuah perusahaan TI lokal yang bergerak melayani pelanggan di bidang finansial dan perbankan. Perusahaan tersebut diakuisisi dengan nilai $35 juta. Sedangkan untuk kelima perusahaan lain Arif mengungkap, “Kami menyiapkan anggaran US$ 40 juta tahun ini untuk masing-masing perusahaan lainnya. Sama seperti akuisisi Sigma.” Demikian cerita dari Bapak Arief Yahya seusai menerima sertifikasi ISO 9001 dan ISO 9004, di Merchantile Athletic Club, Wisma Metropolitan, Jakarta, Rabu malam (27/2/2008) [4].
Tak hanya perusahaan TI dalam negeri yang diincar oleh PT Telkom, melalui anak perusahaannya, PT Telkom Indonesia Internasional (TII), PT Telkom juga berniat melebarkan sayap untuk mengakuisisi perusahaan TI Regional. Vice President Public & Marketing Communication Telkom, Eddy Kurnia, mengungkapkan pihaknya tengah fokus menjajaki kemungkinan akuisisi tersebut di 12 negara di Asia Tenggara dan Selatan melalui anak usahanya, PT Telkom Indonesia Internasional (TII). Negara-negara yang dimaksud ialah Papua Nugini, Filipina, Brunei Darusalam, Singapura, Malaysia, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, dan beberapa negara lainnya. Tak hanya itu saja, TII yang dibentuk Telkom menjelang akhir 2007 lalu juga akan menyasar pasar negara berkembang lain di luar regional Asia Tenggara. Eddy menandaskan, TII juga tengah menjajaki sejumlah proyek di Ekuador, Nigeria, Arab Saudi, Yaman, Zambia, dan di beberapa negara lainnya di Afrika.
Hal yang nyata-nyata telah terjadi di tingkat regional Asia Tenggara adalah akuisisi PT Telkom terhadap perusahaan berbasis TI asal Malaysia yakni Scicom. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Business Process Outsourcing dan Contact Center yang juga memiliki sejumlah kantor operasi di Inggris, India, dan Amerika Serikat [5].
Berbeda kiprah dengan PT Telkom dua “raksasa” industri telekomunikasi di Indonesia yakni PT Indosat Tbk dan PT Excelindo Pratama sedang asyik-asyiknya sibuk dengan pengembangan jaringan. Entah itu memperluas cakupan atau pun memperbesar kapasitasnya.
PT Indosat Tbk, contohnya, telah menganggarkan $ 1 milliar sebagai biaya capex (capital expenditure). Biaya tersebut akan digunakan untuk melakukan ekspansi jaringan di tahun 2007 saja. Hal itu diungkap Deputi Presiden Direktur Indosat, Kaizad B. Heerjee, yang mengatakan hingga akhir 2006 lalu jumlah BTS yang dimiliki Indosat sebanyak 7.000 unit. “Jadi di akhir tahun (2007-red) BTS yang kami miliki akan mencapai lebih dari 10.000 unit,” ujarnya di Bandung. Hal serupa juga diungkap Direktur Regional Sales Indosat, Wityasmoro Sih Handayanto, dari coverage yang ditargetkan di 2007 sekitar 45 persennya dialokasikan untuk pembangunan di luar Jawa yang sebelumnya kurang dari 30 persen [6].
Untuk tahun 2008 ini Indosat masih berfokus pada pengembangan jaringan. Hal ini bisa dilihat dari sample salah satu cabangnya. PT Indosat Tbk Cabang Yogyakarta, seperti diungkap Kepala Cabang Indosat Yogyakarta, Roganda P Manullang, Selasa 22 Januari 2008. Untuk “merealisasikan target pelanggan 1,5 juta orang pada tahun ini, PT Indosat cabang Yogyakarta akan menginvestasikan dana senilai Rp 90 miliar untuk membangun 30 base transceiver station atau BTS di wilayah DI Yogyakarta. Penambahan BTS ini juga diharapkan bisa memperbaiki kualitas jaringan sehingga loyalitas pelanggan tetap terjaga.” [7]
Bukan hanya di jaringan terestrial, PT Indosat telah menyiapkan dana sebesar US $ 300 juta untuk program pengadaan dan peluncuran satelit pada tahun 2009. Indosat telah menunjuk perusahaan asal Perancis, Thales Alenia Space France, sebagai mitra pengadaan dan peluncuran Satelit Palapa D.
Direktur Utama PT Indosat Johnny Swandi Sjam, Jumat, 29 Juni 2007 di Jakarta, menjelaskan, Satelit Palapa D akan diluncurkan di China. Satelit ini untuk mengganti Satelit Palapa C2 yang masa operasionalnya akan berakhir tahun 2011 di slot 113 derajat Bujur Timur. Menurut Johnny, Indosat akan mendanai proyek Satelit Palapa D melalui sumber internal dan eksternal perusahaan. Nilai proyek itu meliputi biaya pembuatan satelit, peluncuran, asuransi peluncuran, peningkatan kapabilitas stasiun pengendali satelit, serta pelatihan bagi staf Indosat [8].
Lalu bagaimana dengan derap langkah PT Excelcomindo Pratama Tbk (atau lebih dikenal sebagai XL)? Salah satu raksasa telekomunikasi lain di Indonesia itu lebih memprioritaskan peningkatan kapasitas jaringan layanan di 2008 ini dibandingkan memperluas jangkauan sinyalnya.
Dari anggaran belanja (capital expenditure) yang disiapkan tahun ini, sekitar US$ 650 juta, kata Hasnul, 70 persen diantaranya khusus dialokasikan untuk memperkuat kapasitas jaringan di 2.000 BTS yang telah terpasang di 11.000 BTS yang telah ada. Sementara 30 persen sisanya akan kami gunakan untuk membangun sekitar 3.000 BTS baru yang mayoritas kami alokasikan pembangunannya di kawasan timur Indonesia,” ungkapnya lebih lanjut.
Semua BTS yang dimiliki bukan sepenuhnya untuk konsumsi sendiri. Rencananya XL juga akan menyewakan sekitar 7.000 menara pemancar telekomunikasinya kepada operator lain. Beberapa diantaranya disewa oleh PT Bakrie Telecom Tbk (Esia), PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (Ceria), dan PT Natrindo Telepon Seluler, dan PT Hutchison CP Telecommunication [9].
Selain mengembangkan jaringan GSM mereka di dalam negeri, sekaligus kemudian merintis bisnis persewaan tower, PT Excelcomindo Pratama juga telah mengembangkan jaringan untuk koneksi internet mereka. XL secara resmi mulai mengoperasikan jaringan kabel laut antar negara – Batam Sungai Rengit Cable System (BRCS), guna menghadirkan koneksi internasional yang berkualitas. Beroperasinya jaringan kabel bawah laut yang membentang antara Batam hingga Sungai Rengit, Johor, Malaysia ini sekaligus juga menjadikan XL sebagai operator selular dengan jaringan backbone terluas di Indonesia.
Sistem transmisi kabel bawah laut BRCS yang menelan investasi sebesar US $10 juta ini terdiri atas 48 serat inti (cores) dengan kapasitas awal 1xSTM-64. Kapasitas ini dapat ditingkatkan menjadi 24xSTM-64 dengan menggunakan teknologi DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing), yaitu teknologi terbaru serat optik yang memungkinkan kapasitas transmisi untuk satu serat inti bisa ditingkatkan dengan biaya upgrade yang rendah (1 STM-64 setara dengan 10 Gbps). Selain itu, bila dibandingkan dengan transmisi satelit, sistem transmisi BRCS memiliki waktu tunda (delay) yang sangat rendah. Dengan demikian BRCS memiliki keunggulan dalam hal kapasitas, kecepatan dan waktu tunda [10].
Meskipun masih memfokuskan diri dalam hal pembangunan jaringan bukan berarti kedua perusahaan terakhir (Indosat dan XL) tidak melihat potensi dari industri content sebagai industri masa depan. Indosat sendiri sudah memiliki anak perusahaan yang sebagian usahanya bergerak di bidang content yakni PT Indosat Mega Media atau IM2. Meskipun kenyataannya belum fokus total di bidang content dan masih bergerak di bidang jaringan sebagai bidang utama namun secara bertahap diprediksi bahwa IM2 akan diarahkan ke industri content. IM2 oleh Indosat diharapkan akan menjadi ujung tombak Indosat di bidang content.
Sedangkan XL juga tidak mau kalah. Perusahaan ini tidak buta akan potensi industri content di masa depan. Bahkan sudah jauh-jauh hari mengambil ancang-ancang. Sejak tahun 2007 XL sudah menggandeng Google sebagai penyedia content rekanan dan XL sebagai penyedia jaringan di wilayah Indonesia. Meskipun jelas-jelas bukan perusahaan milik XL ataupun anak perusahaan milik XL, XL mau menjadi semacam “distributor” bagi berkembangnya Google di Indonesia. Bukanlah sebuah keputusan yang bijak di masa depan. Dan tentunya kebijakan ini tidak akan menunjang perkembangan industri content di Indonesia pada masa yang akan datang. Di sini XL hanyalah berperan sebagai kepanjangan tangan layanan Google dalam menambah pelanggan.
Dari hal-hal yang telah diungkap di atas secara jelas terlihat PT Telkom adalah sebuah perusahaan yang telah melihat tanda berkembangnya industri content dengan sangat bagus, membaca perkembangan jaringan di Indonesia dan mengambil keputusan di antara dua tanda tersebut dengan cepat dan tegas. Berbeda dengan kompetitornya yang hanya melihat tanda-tanda ini dan ragu untuk menuju ke arah ini.
Kelak saat infrastruktur yang digalang PT Telkom sebagai pondasi kerajaan content sudah siap, kita akan melihat PT Telkom membangun industri content yang besar untuk kawasan regional. Sebuah industri dengan yang dimiliki Google dengan layanan yang mengglobal seperti TV Digital on internet, layanan berita online, mendengarkan radio, video on demand bahkan layanan di sektor industri lain di luar bidang entertainment. Sebuah industri lokal berkelas regional yang dapat dengan mudah diakses di kawasan Indonesia. Sebuah pioneer di industri content. Sebuah industri yang akan muncul setelah teledensitas jaringan mencapai titik jenuhnya. Dimana babak peperangan baru telah dimulai.
Refferensi :
[4] Noor, Ahmad Rouzni. Kamis, 28 Februari 2008.”Incar 6 perusahaan TI, Telkom siapkan $ 240 juta”.Detikinet.
[5] Noor, Ahmad Rouzni. Selasa, 5 Februari 2008.”Telkom Ingin Akuisisi Perusahaan TI Mancanegara”.Detikinet.
[6] Kamis, 23 Agustus 2007.”Indosat Perluas Jaringan.” http://www.indosat.com.
[7] FNY.Selasa, 22 Januari 2008.”Indosat Investasi Rp 90 Milliar untuk BTS.”http://www.kompas.com.
[8] www.kompas.com. 29 Juni 2008 . “Indosat Investasi US $ 300 juta untuk satelit.”
[9] Noor, Achmad Rouzni.Minggu, 24 Februari 2008. “XL Prioritaskan Pembangunan Kapasitas Jaringan.” http://www.detikinet.com.
[10] www.xl.co.id. Rabu, 14 November 2007. “XL Resmi Operasikan Jaringan Kabel Laut Batam-Malaysia.”
Comments on: "PT Telkom Membangun Kerajaan Industri Content." (9)
Artikel di blog Anda sangat menarik dan berguna sekali. Anda bisa lebih mempopulerkannya lagi di infoGue.com dan promosikan Artikel Anda menjadi topik yang terbaik bagi semua pembaca di seluruh Indonesia. Tersedia plugin / widget kirim artikel & vote yang ter-integrasi dengan instalasi mudah & singkat. Salam Blogger!
http://ekonomi-indonesia-bisnis.infogue.com
http://ekonomi-indonesia-bisnis.infogue.com/pt_telkom_membangun_kerajaan_industri_content_
Lagi nyiapin tesis ya om?
Gak bro. Tugas aja. Kasian kalo cuma dibaca dosen. Mana bikinnya susah2. hehehe. Semoga bermanfaat.
hehee.. nice work bro…
aku juga merasa sayang klo cuma dibaca dosen, jd aku upload di aplikasi Knowledge Management internal Perusahaan 😀
Eh mbak shinta selamat datang.
Wah, kakakku yg plg ganteng emang pinter.
bersyukur bgt aku jadi adeknya…:-)
isi blogmu byk yg bermanfaat, tapi sayang aku g mudeng he5
tapi bisa buat pengetahuan juga…
semoga lebih bermanfaat untuk yg mengunjungi blog ini
tetep semangat y
was….mas wisnhu di telkom ta??
[…] https://duniatelekomunikasi.wordpress.com/2008/06/22/pt-telkom-membangun-kerajaan-industri-content/ […]
[…] https://duniatelekomunikasi.wordpress.com/2008/06/22/pt-telkom-membangun-kerajaan-industri-content/ […]